Halaman

Senin, 27 Mei 2013

hikayat hang tuah dan si miskin

Hikayat Hang Tuah
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak HangMahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orangdi Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepadasemua rakyatnya.Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepadaistrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu,apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bitan agar lebihmudah mencari pekerjaan.”Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud berminmpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun danmengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepadaistri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsungmemandikan dan melulurkan anaknya. .                Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serbaputih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untukHang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.”Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka.
Orang-orang pemilik tokoh meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauandimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit danpegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.”Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah samil menghunuskan kerisnya.
Maka ibunya berteriak dari atas toko,katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri danmemegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datangke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah punMelompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkankapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kataseorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanahMelayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi,Hang Lekir, dan Hang Lekui.

Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat danHang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontakdengan kapak?”Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantasdibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sangHang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hatikepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama parabawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalumenyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, adabanyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itusudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalubertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai sayayang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan halini.”Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akanmembalasanya.”Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangatmenyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selainHang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba,hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicaradengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama DangSetia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hambadengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarnamerah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!”Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana iaduduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu

dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan inginmempunyai istri?”Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah.



Hikayat Si Miskin


Karena kutukan Batara Indra, raja keindraan beserta istrinya jatuh miskin, melarat, dan terlunta-lunta di kerajaan Antah Berantahyang diperintah oleh Maharaja Indra Dewa. Setiap hari si miskin mencari sisa makanan yang sudah dibuang orang di tempat – tempat sampah. Apabila penduduk melihatnya , mereka beramai-ramai menghina,memukul, dan mengusis si miskin suami istri itu, sehingga badannya luka-luka. Sedih hati si miskin sepanjang hari dan tidak berani masuk kampong karena takut di pukul atau dilempari batu. Diambilnya daun-daun muda untuk di makan dan untuk pengobat luka di tubuhnya. Demikian pengalaman dan penderitaan mereka sepanjang hari.

Ketika mengandung 3 bulan , istrinya mengidamkan buah mempelam ( sejenis mangga ) yang tumbuh di halaman istana raja. Dimintanya agar suaminya ( si miskin ) meminta buah mempelam itu kepada raja. Mendekat kampong saja suaminya tidak berani, apalagi hendak menghadap raja minta buah mempelam itu. Dengan sedih dan meratap istrinya memohon supaya suaminya mau meminta mempelam raja itu. Karena kasihan kepada istrinya si miskin mencoba meminta mempelam itu.

Tiada disangka-sangka , raja sangat bermurah hati dan member kan mempelam yang diminta si miskin. Buah lain seperti nangka pun di beri raja. Penduduk kampong yang melihatnya jatuh kasihan dan bermurah hati member si miskin kue dan juadah 9 kue basah ) mungkin berkat tuah anak yang dikandung istrinya juga hal yang demikian itu terjadi.

Pada hari baik , setelah cukup bulanya , istri  si miskin melahirkan seorang putra yang sangat elok parasnya , anak itu di beri nama Marakemah yang artinya anak dalam penderitaan.

Ketika si miskin  menggali tanah untuk memancangkan tiang atap tempat berteduh , tergali olehnya taju ( tapi mahkota ) yang penuh berhias emas . dengan kehendak yang maha kuasa , terjadilah lengkap dengan alat , pegawainya , pengawal dan sebagainya ditempat itu. Si miskin menjadi rajanya dengan nama Maharaja Indra Angkasa dan istrinya menjadi permaisuri dengan nama Ratna Dewi. Kerajaan itu mereka namakan Puspa Asri .

Kerajaan puspa asri terkenal kemana-mana. Pemerintahanya baik, rakyatnya aman, damai, makmur, dan sentosa. Tiada lama kemudian lahirlah pula adik Marakemah yang di beri nama Nila Kesuma. Bertambah mashurlah kerajaan puspa sari dan bertambah pula iri hati Maharaja Entah Berantah.

Kemudian tersiar kabar , Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk mengetahui peruntungan kedua anaknya kelak. Kesempatan ini di pergunakan Maharaja Indra Dewa . semua ahli nujum dikumpulkan dan dihasutnya supaya mengatakan kepada Indra Angkasa bahwa Marakemah dan Nila Kesuma akan mendatangkan mala petaka dan akan menghancurkan kerajaan puspa Asri . semua ahli nujum mengatakan seperti yang di hasutkan oleh Maharaja Indra Dewa.

Mendengar kata-kata ahli nujum itu sangatlah murka Maharaja Indra Angkasa .maraakemah dan adiknya hendak di bunuhnya, permai suri Ratna Dewi menagis tersedu-sedu, memelas, dan memohon pada suaminya  supaya kedua putranya jangan dibunuh . ia tak tahan lagi melihat ke dua anaknya di perlakukan  demikian. Dimohonnya kepada suaminya  supaya di biarkan saja kemana perginya mereka. Sambil di sepak dan di terjang, pergilah ke dua anak iti mengembara tanpa tujuan. Sesaat setelah mereka pergi kerajaan Puspa Sari terbakan habis, semuanya musnah.

Sampai dikaki bukit berteduhlah Marakemah dengan adiknya Nila Kesuma, dibawah sebatang pohon dalam keadaan lapar tertangkaplah seekor burung yang sedang hinggap di dekatnya. Karena lapar, mereka hendak memakan burung itu dan berusaha hendak memasaknya lebih dahulu. Datanglah mereka ke pondok seorang petani hendak minta api untuk membakar burung itu. Tiba-tiba mereka ditangkap petani karena di tuduh hendak mencuri . keduanya dilemparkan ke laut dan di terjang ombak kesana kemari. Nila Kesuma  akhirnya terdampar di pantai dan di temukan oleh raja Mengindra Sari, putra mahkota kerajaan palinggam cahaya. Nila Kesuma di bawa ke istana , kemudian di persunting raja Mengindra Sari, menjadi permaisuri dengan gelar putri mayang mengurai.

Marakemah di bawa arus dan terdampar di pangkalan ( tempat mandi di pantai ) nenek gergasi ( raksasa  tua . kemudian dia di ambil dan di masukkan dalam kurungan di rumahnya . kebetulan di situ telah di kurung pula putri Raja Cina bernama Cahaya Khairani yang tertangkap lebih dahulu. Mereka ini akan dijadikan santapan sang gergasi.

Sebuah kapal  besar menghampiri perahu mereka dan mereka ditangkap lalu dimasukkan ke kapal. Nahkoda kapal jatuh cinta kepada Cahaya Khirani . cahaya Khirani di paksa masuk ke dalam kmar , sedangkan marakemah di buang ke laut.

Dalam keadaan terapung-apung . setelah kapal berlayar jauh, ,Marakemaah di telan seekor ikan nun ( ikan ynag sangat besar. Ikan itu terdampar di pangkalan nenek kabayan. Seekor burung rajawali terbang diatas pundak nenek kabayan dia emberi tahu supaya perut ikan nun yang terdampar dipantai itu di toreh ( di buka ) hati-hati., karena di dalamnya  ada seorang anak raja . petunjuk burung itu diikuti nenek kabayan dan setelah perut ikan nun dibuka keluarlah Marakemah dari dalamnya mereka sama-sama senang dan gembira . lebih- neek kabayan yang mendapatkan seorang putra yang baik budibya.

Marakemah tinggal di rumah nenek  kabayan dan sehari hari turut membantu membuat karangan bunga untuk dijal dan dikirim ke negeri lain.dan cerita nenek kabayan tahulah Marakemah . bahwa permaisuri kerajaan tempat tinggal mereka bernama mayang mengurai yang tidak lain dari pada seorang putrid yang di buang ke laut oleh seorang [etani ketika hendk   mencari api untuk membakar seekor burung bersama kakaknya . yakinlah Marakemah bahwa putrid itu sesungguhnya adiknya sendiri.

Kebetulan Cahaya Khairani maupun Mayang Mengurai sangat menyukai karangan nenek yang sebenarnya marahkemalah yang mengarangnya. Pada suatu ketika dicantumkanya namanya dalam karangan bunga itu. Dari mana itu Cahaya Khirani dan Nila Kusuma mengetahui bahwa marekamah masih hidup. Bertambah dalam cinya Cahaya Khirani kepada kekasihnya. Demikian juga Nila kesuma beserta suaminya , berkemauan keras untuk segera mencari kakaknya yaitu marakemah kerumah nenek kabayan itu.

Betapa gembira mereka atas pertemuan itu tak dapat dibayangkan dengan mudah pula marakemah bersama iparnya Raja Palinggap Cahyo dapat menemukan tempat cahaya khirani disembunyikan oleh nahkoda kapal. Setelah cahaya khirani ditemukan dan ternyata ia belum ternoda oleh nahkoda , maka dilangsunhkanlah pernikahan antara marakemah dengan cahaya  khirani . dan nahkoda yang menggoda cahaya kirani di bunuh di kerajaan palinggan cahaya.

Marakemah bersama cahaya kirani kemudian pergi ke tempat ayah – bundanya yang telah jatuh ,Miskin di Puspa Sari yang telah lenyap dengan isinya di daratan tinju maya, mercu indra kemudian ia dinobatkan di sana menggantikan orangtuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar